SIGNALING
Peengertian Signaling
Signaling adalah proses pertukaran sinyal antar
komponen jaringan telekomunikasi di dalam rangka pembentukan koneksi,
maintenance koneksi, dan pemutusan koneksi
Persyaratan
signaling
- Dari sudut
pandang pelanggan
Transfer
informasi harus andal Contoh: pelanggan yang ditujulah yang ringing Call set up
yang cepat Tidak ada noise akibat adanya signalling
- Pengaruh
signalling system terutama pada waktu set-up Waktu tunggu mendapat dial tone
setelah off-hook Waktu mendial (pulse dial atau DTMF) Waktu untuk mentransfer
informasi digit antar sentral dan pembentukan koneksi
Klasifikasi
Signaling
Signaling dapat
dibagi ke dalam berbagai jenis bergantung sudut pandang
penggolongan/pengklasifikasian. Secara skematik pengklasifikasian seperti
berikut ini :
Signaling
Berdasarkan Pemakaian Kanal
- CAS (Channel Associated Signaling) = pensinyalan kanal yang bersesuaian
ΓΌ Tiap
kanal voice memiliki 1 kanal signaling masing-masing secara exclusive
(associated), dengan menggunakan kanal fisik yg sama tetapi terpisah secara
logika/timing berbeda
Channel Associated Signaling
Signaling dilakukan
menggunakan kanal yang juga
digunakan untuk mentransfer informasi
Channel Associated
Signaling pada sistem 3 kawat (analog)
Channel Associated
Signaling sistem 4 kawat (analog)
Pada sistem 2
kawat, line signaling menggunakan speech wires, maka :
·
Untuk
signaling yang terjadi saat percakapan berlangsung (misal sinyal metering),
frekuensi signaling harus menggunakan out-band (frekuensi
signal di luar pita frekuensi 300-3400 Hz).agar tidak saling mengganggu
(interferensi).
·
Sedangkan
untuk line signal yang terjadi di luar kondisi bicara (conversation, frekuensi
line signal dapat menggunakan in-band (frekuensi line
signal dalam pita frekuensi suara).
·
Sedangkan
register signal selalu dilakukan di luar waktu percakapan (sebelum percakapan)
Channel Associated
Signaling sistem digital
- CCS (Common Channel Signaling) = pensinyalan kanal bersama
Sejumlah (kecil) kanal
signaling digunakan oleh banyak kanal voice secara bersama (common). Umumnya
secara fisik terpisah
Terminologi dalam
Jaringan SS7
Jaringan
SS7 dibentuk oleh elemen-elemen berupa titik-titik pensinyalan (node)
disebut Signalling Point (SP) dan jalur-jalur transmisi Signalling
Link.
Signaling Point (SP)
Adalah
setiap titik dalam jaringan yang mempunyai kemampuan untuk mengontrol/memproses
signalling message.
Contoh
Signalling Point dalam jaringan :
1. Sentral
(Switching Center)
2. Pusat
Operasi & Pemeliharaan (OMC)
3. Service
Control Point (SCP)
4. Signalling
Transfer Point (STP)
Signaling End Point
(SEP)
Merupakan
Signalling Point yang hanya mampu memproses signalling message yang
secara langsung ditujukan kepadanya, tetapi tidak mempunyai kemampuan untuk
mentransfer message SS7 yang ditujukan ke SP lain.
Catatan
: Dalam
beberapa pembahasan, istilah SEP sering ditulis SP, sehingga dalam jaringan
hanya ada dua istilah titik pensinyalan yaitu SP dan STP.
Signalling Transfer
Point (STP)
Merupakan
Signalling Point yang mempunyai kemampuan untuk mentransfer signalling
message ke Signalling Point lain.
Signalling Transfer End
Point (STEP)
Merupakan Signalling Point yang dapat melakukan
fungsi STP & SEP (combined).
Konfigurasi SP dengan STP
Istilah Link
Signaling
Link
Adalah
media transmisi untuk membawa signalling message antara dua Signalling
Point.
Link
set
Adalah
sejumlah signalling link yang menghubungkan dua buah signalling point
secara langsung
Link
group
Adalah sekumpulan link dalam suatu link set yang
mempunyai karakteristik sama/identik.
Rute Signalling
Keterangan Rute Signaling
Originating
Point
Adalah
Signalling Point atau titik asal pengirim signalling message.
Destination
Point
Adalah
Signalling Point atau titik tujuan akhir dari signalling message.
Route
signalling
Adalah
lintasan message yang telah ditentukan sebelumnya.
Lintasan
tersebut terdiri dari STP dan link signalling yang berada di antara Originating Point (OP) dan
Destination Point (DP).
Mode Signalling
Ditinjau
dari konfigurasi antara kanal data/speech dan link pensinyalan, terdapat
dua mode signalling, yaitu Associated dan Non Associated. Mode Non Associated dapat berupa Quasi
Associated atau Fully Non Associated.
Mode Associated
Dalam mode ini signalling message ditransfer
melalui signalling link yang lintasannya sama dengan lintasan group
sirkit bicara.
Mode Non Associated
Dalam
mode ini signalling message antara dua SP ditransfer melalui satu STP
atau lebih, sehingga signalling message menempuh lintasan yang berbeda
dengan group sirkit voice/data. Terdapat dua macam mode Non Associated, yaitu
:
Quasi Associated
Dalam
mode ini, lintasan message telah ditentukan sebelumnya.
Fully Non Associated
Dalam
mode ini, message ditransfer melalui lintasan manapun yang tersedia
dalam network dan tidak dapat ditentukan sebelumnya
Dalam
praktek, karena feature MTP dari SS7 tidak mempunyai kemampuan untuk
menyusun kembali urutan message yang diterima dan masalah-masalah lain seperti
dynamic routing dsb, maka mode Fully Non Associated tidak dapat
diterapkan, sehingga yang lazim digunakan adalah Mode Associated dan Quasi
Associated.
Contoh Konfigurasi Kombinasi
Information Plane &
Control Plane
Dalam
jaringan SS7, signalling message melakukan fungsi call management
(call setup, supevision, termination) dan fungsi network management
Signalling
message tsb. dikirim dalam bentuk blok-blok pendek atau paket dengan
teknologi message switching
Dalam
fungsi call setup, jika hubungan telah terbentuk, informasi speech/data
dikirim dari user ke user (end-to-end), selanjutnya signalling
message dapat digunakan oleh user lain.
Jika user telah selesai melakukan komunikasi, maka
signalling message melakukan termination.
Dalam proses transfer message di atas melibatkan
elemen-elemen signalling yaitu signalling link, SP dan STP
Sehingga dalam jaringan terdapat dua bidang jaringan,
yakni bidang yang dibentuk oleh elemen-elemen jaringan speech/data dengan
teknologi circuit swittch (disebut Information Plane) dan
bidang yang dibentuk oleh elemen-elemen jaringan signalling dengan teknologi message
switch (disebut Control Plane).
Control Plane
Information Plane
Hirarki Signalling
Point
SP
dan STP dalam Signalling Network akan membentuk jaringan secara
hierarkis dimana SP merupakan level rendah dibanding STP
Untuk
jaringan yang lebih luas/kompleks, STP dapat terdiri dari lebih dari satu
level. Jaringan yang hanya mempunyai satu level STP
Parameter
yang mempengaruhi disain jaringan dan jumlah level serta merupakan ukuran
kemampuan network dalam mengatasi gangguan STP adalah :
Parameter Desain Jaringan
- Kapasitas STP
jumlah
signalling link suatu STP
signalling
message transfer time, dan
kapasitas
transmisi (bit rate)
- Performansi Network
Jumlah SP
Signalling delay
3. Availability &
Reliability
(ketersediaan
& kehandalan)
Ditinjau dari segi performansi
network, struktur dengan level tunggal akan lebih baik dibanding struktur
lebih dari lebih dari satu level karena mempunyai signalling delay lebih
singkat, namun dari segi availability & reliability justru lebih
jelek karena keterbatasan memilih jalur alternatif.
Untuk struktur
level tunggal
Tiap SP dihubungkan dengan
sekurang-kurangnya dua STP.
Semua STP dihubungkan secara full
mesh
Untuk struktur
dua level
Tiap
SP dihubungkan dengan sekurang-kurangnya dua STP level rendah (lower level).
Setiap
STP level rendah dihubungkan sekurang-kurangnya dengan dua STP level tinggi.
Semua
STP level tinggi dihubungkan secara full mesh
Struktur Network
Signalling Sistem AT&T
Signalling Sistem
AT&T
Link
|
Interkoneksi
|
Penggunaan/Fungsi
|
A
(Access)
|
SP-STP
|
Akses
dari Switching Office ke Network Sig-nalling
|
B
(Bridge)
|
STP-STP
selevel
|
Penghubung antara dua STP
pada wilayah yang berbeda
|
C
(Cross)
|
STP-STP
pasangan
|
Sebagai rute alternatif jika
link B gagal
|
D
|
STP-STP
lain level
|
Ruting
ke level lebih rendah / lebih tinggi
|
E
|
SP-STP
|
Rute
langsung SP Γ
STP non-home
|
F
|
SP-SP
|
Akses
langsung antar Switching Office
|
Pola Penomoran SPC Γ¨(Signalling
Point Code)
Dalam
jaringan SS7, tiap titik (SP) perlu diberi identitas atau penomoran yang
disebut Signalling Point Code (SPC). Dalam signalling SS7
identitas sentral asal (pengirim) disebut Originating Point Code (OPC)
dan identitas sentral tujuan disebut Destination Point Code (DPC).
Informasi ini dalam frame signalling message ditempatkan pada field SIF (Signalling
Information Field).
Kriteria Penomoran
Mudah dalam pemakaian.
Untuk
tujuan ini penomoran menggunakan kode yang sudah dikenal secara luas/umum, yaitu kode desimal bukannya
biner atau kode lain.
Sistematis
Dalam
arti, berhubungan dengan kode area dan Office Code
Fleksibel
Artinya
mudah menyesuaikan dalam perluasan di masa akan datang tanpa mengubah pola /
kerangka penomoran secara fundamental.
Standar ITU-T
Panjang Signaling Point Code
(SPC) : 14 bit (dalam desimal = 00000 – 16384 Γ 5 digit).
Network Indicator (NI) : 2 bit.
Yaitu
informasi dalam message SS7 (dalam field SSF) yang menunjukkan
ruang lingkup jaringan, dialokasikan sbb :
00
(desimal = 0) : Sentral Internasional
01
(desimal = 1) : cadangan untuk internasional
10
(desimal = 2) : Sentral Nasional
11
(desimal = 3) : cadangan untuk nasional
Pola Penomoran (SPC) di
Indonesia
Dalam
jaringan PSTN/ISDN dan IN, yang merupakan SP dan perlu diberi kode penomoran
adalah :
PSTN/ISDN
Sentral
Lokal (LE) Sentral Tandem
(LT) IN
Sentral
Toll (TE) Service Control
Point (SCP)
Service
Switching Point (SSP)
Konsep Layering
(Lapisan) SS7
Jaringan
CCS7 dirancang untuk mampu mengontrol transfer informasi suara, data
maupun gambar. Aplikasi yang dapat didukung CCS7 antara lain :
PSTN
ISDN
IN
PCN
(Personal Communication Network)
Arsitektur SS6 (C6)
merupakan
sebuah protocol signaling yang kanal/channel signalingnya terpaisah antara satu
dengan yang laing yang berfungsi untuk membangun komunikasi. SS7 juga merupakan
protocol komunikasi yang menyediakan signal dan mengontrol berbagai macam
kemampuan dan pelayanan jaringan. SS7 juga menyediakan berbagai protol level
yang connection oriented dan connectionless pada jaringan kabel dan jaringan
bergerak. SS7 meliputi beberapa perangkat yagn terhubung yakni switch,
database, dan routing node. Setiap perangkat terhubung dan memiliki fungsi yagn
spesifik. Routing node adalah komponen utama dari SS7 dan disebut Signal
Transfer Protocol (STP). STP terhubung dengan Service Switch Point (SSP) yang
dilengkapi dengan SS7 logic control.
Setiap elemen punya tugas
spesifik dalam SS7.
• Signal Transfer Protocol (STP) berfungsi sebagai pengatur pesan antar elemen pada jaringan.
• Service Switch Point (SSP) memiliki perangakat control logic yang berfungsi mengirim dan menerima pesan atar node yang ada dalam jaringan.
• Service Control Point (SCP) merupakan sebuah database. Memiliki fungsi untuk pelayanan dan juga pengaturan jaringan.
• Service Node (SN) yang mengandung fungsi dari SCP yang terdapat fungsi tambahan seperti interkasi suara maupun pengaturan suara. SN tidak didesain untuk database dengan kapasitas besar.
SS7 melibatkan dua tipe
signaling yakni connection oriented dan connectionless. Connection oriented
mengacu pada ketersediaan layanan switch-to switch untuk layanan suara dan
data. Sedangkan contoh coneectionless adalah kebutuhan pelayanan
switch-to-database atau database-to-database pada Home Location Register (HLR)
ke Visitor Location Register (VLR). Pada komunikasi bergerak terdapat 3 elemen
penting dalam jaringannya yakni:
• Mobile Switching Center (MSC) adalah sebuah switch telekomunikasi dalam jaringan komunikasi bergerak yang menyediakan pengaturan panggilan dan pemrosesan dan menghubungkan dengan Public Switch Telephone (fixed) Network (PSTN).
• Home Location Register
(HLR) merupakan sebuah penyimpanan data tentang pelanggan yang sedang
melakukan panggilan. Mengandung informasi tentang user, diantaranya profil user,
status, dan ketersediaan jaringan.
• Visitor Location
Register (VLR) yakni sebuah database yang menyimpan informasi user
ketika berada jauh dari lokasi home service.
Sistem A merupakan home system
dari pengguna. Sedangkan pengguna sedang roaming di sistem B yang merupakan visited
system.
• Langkah pertama:
Mendeteksi user yang potensial
Serving system (B) medeteksi user yang potensial. Saat sudah terhubung dengan mobile user, kemudian sistem mencari dalam databsenya apakah user ini ada dalam home sistem atau merupakan sebuah visitor. Ketika sudah ditentukan bahwa user merupakan visitor maka kemudian dicari dimana alamat home sistem dari user ini untuk selanjutnya dilakukan routing yang tepat ke home sistem dari user.
• Langkah kedua :
Pertukaran informasi user yang sesuai
VLR di sistem yang melayani user menghubungi HLR dari home sistem user. Komunikasi antara VLR di visitor sistem dan HLR di home sistem diatur dengan protocol SS7. Dalam GSM, SS7 memiliki sebuah prosedur Global Title Translation (GTT) untuk mencari informasi user yang sesuai pada HLR. MSC mengirim sebuah query sebagai point code. Fungsi STP pada SS7 dilakukan oleh GTT dengan menterjemahkan kembali alamat menjadi alamat actual pada HLR di home sistem (A). kemudian HLR merespon dengan mengirim query dengan mengirim pesan ke alamat awal point code dari sistem B (atau dikirim ke VLR).
• Langkah ketiga :
Pengaturan panggilan
Penempatan panggilan Saat ada
request VLR menentukan apakah panggilan dapat dilakukan atau tidak. Saat bias
dilakukan makan dilakukanlah hubungan dengan user yang dituju yang sesuai.
Penerimaan panggilan
Saat ada panggilan, dilakukan pengecekan apakah pemanggil ada dalam home sistem atau tidak. Jika sedang roaming (bukan ada di home sistem) maka VLR akan mencari home sistem pemanggil. HLR menggunakan SS7 untuk meminta instruksi dari VLR. Kemudian VLR menyediakan instruksi ini ke HLR agar diijinkan melakukan pengalihan panggilan ke penyedia layanan tempat dia berada atau serving switch sehingga seola-olah dia berada dalam home network.
Signaling adalah semua pensinyalan yang dibutuhkan dalam melakukan panggilan
dijaringan telekomunikasi. Arah signaling terdiri dari arah forward dan arah
reverse. Jika panggilan berasal dari A menuju B, maka forward signaling
mengalir dari telepon A menuju sentral telepon B tempat B berada. Sedangkan
reverse signal adalah sebaliknya.
Pembawa
signaling terdiri dari :
- Physical
circuit, yaitu suatu sirkit dimana tidak ada transformasi frekuensi
percakapan pada sinyal yang melewatinya.
- Nonphysical
circuit, yaitu suatu sirkit dimana terdapat transformasi frekuensi
percakapan ke frekuensi yang lebih tinggi (FDM) atau kedalam bentuk
digital (TDM).
- Signaling
networks, yaitu jaringan khusus pembawa informasi signaling.
Tipe
signaling terdiri dari :
- Sinyal
DC, yaitu sinyal direct current contoh untuk on-off hook.
- Sinyal
AC, yaitu sinyal arus bolak-balik contohnya sinyal dering.
- Tone,
sinyal berfrekuensi tertentu baik didalam frekuensi speech (inband
signaling) maupun diluar frekuensi speech (outband signaling).
- MFC (Multi
Frequency Coding), yaitu signaling dengan menggunakan kombinasi beberapa
frekuensi contoh DTMF.
- Digital,
yaitu signaling dengan menggunakan bit-bit digital.
Signaling
pada telepon analog adalah sinyal-sinyal yang terdengar pada saat melakukan
panggilan telepon selain sinyal suara.
Signaling
pada telepon terbagi atas :
1. Signaling Supervisory yaitu signaling agar sentral telepon mengetahui
keadaan telepon (aktif atau tidak). Sinyalnya adalah sinyal on/off hook.
2. Signaling Adressing yaitu signaling untuk pengalamatan telepon yang
dipanggil. Sinyalnya adalah sinyal pulsa ataupun DTMF.
3. Signaling Call Progress yaitu signal yang terdengar saat proses pemanggil
sedang berlangsung.
Arsitektur SS7
MTP Level 1 (Signalling
Data Link
function)
fisik Γ
berupa kanal data dua arah (bidirectional)
yang beroperasi secara full duplex. Realisasinya misal berupa : digital
switch block, multiplexer dijital dsb).
elektrik Γ
kecepatan data : 64 Kbps (untuk kedua arah sama). Dapat menggunakan time slot
manapun (pada sistem PCM 30), kecuali time slot 0 (untuk sinkronisasi)
fungsional Γ sebagai interface
untuk menyalurkan data melalui physical connection (link transmisi)
antara dua Signalling Point.
Catatan : pada lingkungan transmisi analog, dimungkinkan
(misal aplikasi modem) dengan kecepatan ³
4,8 Kbps.
MTP
Level 2 (Signalling Link function)
Informasi
pensinyalan yang akan dikirim merupakan intra layer primitive dalam
komunikasi komputer. Informasi ini dibagi dalam beberapa unit sinyal dengan
panjang bervariasi. Pada SS7 suatu unit pesan (message) yang dikirim
(ditransfer) melalui signaling data link disebut Signal Unit (SU)
Terdapat 3 jenis/tipe SU yaitu MSU, FISU dan LSSU :
- MSU (Message Signal Unit)
Merupakan SU yang membawa pesan/informasi pensinyalan
dari User Part (Level 4), pesan tersebut ditempatkan pada field SIF
CK
: Check bit FIB : Forward
Indicator Bit
SIF
: Signaling Information Field FSN :
Forward Serial Number
SIO
: Service Information Octet BIB :
Backward Indicator Bit
LI : Length Indicator BSN : Backward Serial Number
- FISU (Fill In Signal Unit)
Merupakan
SU yang yang dikirim apabila tidak ada MSU (dari level 4) atau LSSU (dari level
3) yang dikirim, sehingga FISU ini disebut juga filler (pengisi
kekosongan). Berfungsi menjaga hubungan antara dua SP untuk mengawasi terus
menerus kondisi link (fungsi supervisory).
- LSSU (Link Status Signal Unit)
Merupakan
SU yang digunakan untuk mengindikasikan status link ke remote end
signaling link, baik indikasi normal, out-of-allignment, out-of-service dll.
Sinyal
ini dikirim baik pada saat sistem pertama kali dioperasikan (inisiasi) maupun
saat terjadi gangguan dan proses perbaikan (recovery). Informasi status
indikasi ini dibawa dalam field SF (Status Field)
Signaling
Berdasarkan Fungsi
- Line signal /supervisory signal (sinyal pengawasan) adalah sinyal-sinyal yang berfungsi untuk memonitor (kondisi/status) & mengontrol line/saluran
ΓΌ Contoh
fungsi monitor : idle, blocking dsb
ΓΌ Contoh
fungsi kontrol : clear forward, force
release, seizure dsb
Register signal adalah sinyal-sinyal yang berfungsi membawa
informasi tentang nomor telepon tujuan/asal, kelas/kategori pemanggil, kondisi
bebas/sibuknya yang dipanggil dan sinyal-sinyal pengontrol sinyal forward.
Signaling
berdasarkan Metode Penyaluran
- Link-by-link.
Pengiriman suatu blok sinyal (lengkap) dari sentral asal
dilakukan melalui satu atau beberapa sentral transit secara estafet
(link-by-link) hingga sentral tujuan.
- End-to-end
Sentral asal mengirim hanya sebagian informasi (yang
diperlukan untuk ruting) ke setiap sentral transit yang dilaluinya. Seteleh
sentral asal terhubung ke sentral tujuan, barulah Informasi lengkap (address
tujuan) dikirimkan.
- Enbloc.
Sama dengan mode
link-by-link, yaitu sinyal
lengkap dikirim secara estafet. Bedanya, terminologi enbloc hanya digunakan
pada CCS (CCS No.7), sedangkan pada CAS (R2) biasa menggunakan terminologi
link-by-link
- Overlap.
Mode penyaluran seperti
link-by-link dimana informasi
sinyal yang dikirim tidak secara sekaligus (lengkap) melainkan bertahap
(sebagian-sebagian).
Klasifikasi pensinyalan pada saluran pelanggan
Terdapat beberapa
proses/prosedur pensinyalan yang harus dilalui oleh seorang pelanggan, atau
disebut call setup. Berikut ilustrasinya :
Pada proses signaling
terdapat fase dialing, yaitu menekan nomor tujuan. Terdapat dua metode dialing,
yaitu :
A.
Decadic Pulse
Buka/tutup kontak mekanik nsi, nsr, nsa dikontrol
oleh token yang berputar saat roda pilih dilepas (berputar, kembali ke posisi
normal)
B. DTMF
Pensinyalan antar sentral
Pengiriman Sinyal
Dalam pengiriman sinyal melalui
media transmisi, sinyal analog mudah
terkena gangguan/noise, sehingga di sisi penerima sinyal tersebut
terdegradasi. Sementara untuk sinyal digital, selama gangguan tidak melebih
batasan yang diterima, sinyal masih diterima/dikenali dalam kualitas yang sama
dengan pengiriman. Dengan alasan ini, keluar ide pemakaian bersama sinyal
analog dan digital, yaitu selama diuser berbentuk analog dan selama di media
transmisi berbentuk digital. Teknik/metode pengubahan sinyal analog menjadi
sinyal digital ini disebut PCM (Pulse Code Modulation).
PCM (Pulse Code Modulation)
- Merupakan metode umum untuk mengubah sinyal
analog menjadi sinyal digital
- Dalam sistem digital, sinyal analog yang
dikirimkan cukup dengan sampel-sampelnya saja
- Sinyal suara atau gambar yang masih berupa
sinyal listrik analog diubah menjadi sinyal listrik digital melalui 4
tahap utama, yaitu :
1.
Sampling
2.
Quantisasi
3.
Pengkodean
4.
Multiplexing
Sampling
Untuk mengirimkan informasi
dalam suatu sinyal, tidak perlu seluruh sinyal ditransmisikan, cukp diambil
sampelnya saja
Sampling : proses
pengambilan sample atau contoh besaran sinyal analog pada titik tertentu secara
teratur dan berurutan.
Frekuensi sampling harus lebih besar dari 2 x
frekuensi yang disampling (sekurang-kurangnya memperoleh puncak dan lembah)
[teorema Nyqust]
fs
= Frekuensi sampling
fi
= Frekuensi informasi/sumber
(yang disampling)
CCITT : fs
= 8000 Hz
fi = 300 – 3400 Hz (Sinyal Bicara)
Artinya
sinyal telepon disampling 8000 kali per detik
Hasil penyamplingan berupa
PAM (Pulse Amplitude Modulation)
Dalam sampling yang
dipentingkan adalah periode sampling
bukan lebar pulsa sampling.
Menurut teorema nyquist bila
frekuensi sampling lebih kecil dari frekuensi informasi/sumber maka akan
terjadi penumpukan frekuensi/aliasing.
Kuantisasi
Proses Pemberian harga
terhadap sinyal PAM; yang besarnya kecilnya disesuai dengan harga tegangan pembanding
terdekat
Setiap pulsa akan diletakan
kedalam suatu polaritas positif atau polaritas negatif
Setiap polaritas dibagi
menjadi beberapa segment/sub segment(interval)
Companding
Sebelum
dikuantisasi, amplitudo sinyal
kecil diperbesar dan amplitudo sinyal besar diperkecil. Operasi yang dilakukan
disebut sebagai kompresi (comp) dan ekspansi (exp), yang disebut dengan
companding
Coding / Pengkodean
- Pengkodean adalah proses mengubah (mengkodekan) besaran amplitudo sampling ke bentuk kode digital biner.
- Pemrosesan dilakukan secara elektronik oleh perangkat encoding menjadi 8 bit word PCM yang merepresentasikan level hasil kuantisasi yang sudah ditentukan yaitu dari –127 sampai dengan +127 interval kuantisasi.
- Bit paling kiri dari word PCM jika = 1 menyatakan level positif dan jika = 0 berarti level negatif.
- Pengkodean menghasilkan total 256 beda sampling (256 subsegmen) yang memerlukan 8 bit (28 = 256)
Keterangan :
M
= Mark atau tanda level : 1 =
amplitudo positif
0 = amplitudo negative
S
= Segmen 000 = segmen 0 002 = segmen 2
001 = segmen 1 111 =
segmen 7
A
= sub-segmen 0000 = 0 0001 = 1
0002
= 2 1111 = 15
Multiplexing
Multiplexing merupakan
penggabungan beberapa kanal sinyal informasi ke dalam satu kanal informasi
dengan tujuan agar sinyal-sinyal informasi tsb dapat dikirimkan secara simultan
dalam 1 kanal.
Beberapa jenis metoda
multiplexing, adalah sbb:
a.
FDM (Frequency Division Multiplexing)
b.
TDM (Time Division Multiplexing)
c.
WDM (Wavelength Division Multiplexing)
FDM (Frequency Division Multiplexing)
Teknik penggabungan kanal
sinyal informasi dengan menggunakan kanal-kanal frekuensi yang berbeda.
Prinsipnya adalah n buah
kanal dengan frekuensi yang berbeda-beda ditransmisikan secara simultan pada 1
saluran transmisi. Teknik ini digunakan
untuk sistem analog maupun sistem digital.
TDM (Time Division Multiplexing)
Teknik penggabungan kanal
informasi dengan menggunakan bandwidth
frekuensi yang sama, namun secara bergantian.
TDM merupakan proses
multiplexing dengan cara membagi waktu menjadi slot-slot waktu yang menyatakan
informasi dari tiap kanal. Teknik ini hanya mungkin untuk sinyal digital.
WDM (Wavelength Division Multiplexing)
Teknik ini serupa dengan
FDM, hanya menggunakan domain panjang gelombang sebagai variabelnya. WDM biasa
digunakan pada sistem komunikasi serat optik
Konsep Signaling dalam Telekomunikasi
Signaling
secara umum dibagi menjadi 3 tipe:
Signaling
dengan exchange
Signaling
antara subscriber dan exchange
Signaling
antar exchange
Signaling
Antara Subscriber dan Exchange:
Contoh
Signaling antar Exchange menggunakan ISUP Protocol.
Data
Communication Environment
Nama
Organisasi & kode signal dalam jaringan dan telekomunikasi
IEFT (Internet Engineering Task Force), merupakan
pihak yang mempublikasikan spesifikasi yang membuat standar protokol TCP/IP.
Kebijakan protokol qos (Quality of Service) yang diusulkan sebagai standar IETF
untuk mengkomunikasikan informasi kebijakan qos dalam jaringan.
ISO (International Organization
for Standardization), adalah badan penetap standar internasional yang terdiri
dari wakil-wakil dari badan standar nasional setiap negara. Dalam menetapkan
suatu standar tersebut mereka mengundang wakil anggotanya dari 130 negara untuk
duduk dalam Komite Teknis (TC), Sub Komite (SC) dan Kelompok Kerja (WG). ISO
bekerja sama dengan Komisi Elektroteknik Internasional (IEC) yang bertanggung
jawab terhadap standardisasi peralatan elektronik.
IEEE (Institute of Electrical
and Electronics Engineers), adalah organisasi nirlaba internasional, yang
merupakan asosiasi profesional utama untuk peningkatan teknologi. IEEE memiliki
badan standard (Standard Association, IEEE-SA). IEEE-SA memiliki wibawa cukup
besar untuk bisa mempersatukan substandard industri membentuk standardisasi
internasional yang diakui seluruh industri.
ANSI (American National
Standards Institute), Organisasi sukarela yang terdiri atas anggota dari sektor
usaha, pemerintah, dan lain-lain yang mengkoordinasikan aktivitas yang
berhubungan dengan standar, dan memperkuat posisi Amerika Serikat dalam
organisasi standar nasional. ANSI adalah lembaga amerika yang mengeluarkan standard
ASCII (American Standard Code for Information Interchange). Kode ASCII
sebenarnya memiliki komposisi bilangan biner sebanyak 8 bit. Dimulai dari
00000000 hingga 11111111. Total kombinasi yang dihasilkan sebanyak 256, dimulai
dari kode 0 hingga 255 dalam sistem bilangan Desimal.
ITU (International
Telecommunication Union), Sebuah organisasi global yang ada dan didirikan untuk
mengatur penggunaan frekuensi radio (RF) diseluruh penjuru dunia. Untuk
mempermudah ITU-R membagi beberapa wilayah. Hingga masing-masing wilayah,
diatur oleh organisasi yang berbeda.
TIA (Telecommunication
Industrial Association), Suatu organisasi terpisah yang diakui oleh ANSI dan
bekerjasama dengan Asosiasi Industri Elektronika (EIA). TIA dikenal terbaik
untuk mengembangkan standard pemasangan kabel menggunakan disain dan instalasi
sistem pemasangan kabel yang ter-koordinasi. Sehingga mampu untuk mendukung
suatu cakupan aplikasi yang luas dan memenuhi kebutuhan kecepatan yang tinggi
pada masa kini dan mendatang.
FCC (Federal Communication
Commission)), adalah organisasi yang bergerak di bidang pertelekomunkasian.
Organisasi ini yang mengatur segala jenis komunikasi baik yang keluar ataupun
ke dalam negara Amerika Serikat. FCC dan organisasi sejenis bertugas, sekaligus
yang berhak untuk membuat berbagai aturan yang menyangkut mengenai apa saja
yang boleh, dan tidak boleh dilakukan oleh seorang user dalam hal penggunaan
wireless, khususnya yang menyangkut penggunaan Frekuensi Radio (RF) untuk
melakukan transmisi.
Didalam metode signaling,
terdapat beberapa istilah kode kode yang harus kitda ketahui
Beberapa diantaranya NRZ Method, NRZ-L, Metode Manchester encoding dan 4B/5B code group. Berikut penjelasan saya
Beberapa diantaranya NRZ Method, NRZ-L, Metode Manchester encoding dan 4B/5B code group. Berikut penjelasan saya
Metode NRZ ( non return to zero) Signaling
Yaitu suatu kode dimana tegangan negatif dipakai untuk mewakili suatu
binary
(bit -0) dan tegangan positif untuk binary lainnya (bit-1).
NRZ-L (NRZ-Level)
Dua tegangan yang berbeda antara bit 1 dan bit 0
Tegangan konstan selama interval bit
Tidak ada transisi yaitu tegangan no return to zero b.
NRZ-I (NRZ-Inverted)
Pulsa tegangan konstan untuk durasi bit
Transisi = 1
Tidak ada transisi = 0
Kelemahan NRZ-L dan NRZ-I adalah :
1.keterbasan dalam komponen dc.
2.kemampuan sinkronisasi yang buruk.
Metode Manchester Encoding
yaitu kode dimana ada suatu
transisi pada setengah dari periode tiap bit : transisi low ke high mewakili
binary ‘1’ dan high ke low mewakili binary ‘0’.
Data biner ditransmisikan melalui kabel tidak dikirim sebagai urutan logika 1 dan 0. Pengkodean Manchester dapat mengkonsumsi sampai kira-kira dua kali bandwidth sinyal asli (20 MHz).
Data biner ditransmisikan melalui kabel tidak dikirim sebagai urutan logika 1 dan 0. Pengkodean Manchester dapat mengkonsumsi sampai kira-kira dua kali bandwidth sinyal asli (20 MHz).
4B/5B Code Group
4B/5B
Code Group juga bisa di sebut dengan block koding. Tiap 4-bit dari data yang
diterima memiliki extra bit kelima. Bit extra membolehkan 5 bit “symbol” untuk
di definisikan bahwa informasi kontrol transmisi untuk user data. Selain itu
4B/5B Coding memberikan kualitas sinyal yang baik dan rata-rata error yang
kecil.
By : Cutt Iswahyuni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar